Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Dia yang tidak dipilih

Untuk dia yang sudah berkali-kali ku tolak kehadirannya Aku kira, Bertukar pesan dengan santainya Bercerita tentang beban yang kutampung Itu semua tak akan menimbulkan perasaan apapun Tapi nyatanya, semua yang kulakukan menimbulkan harapan baginya Hingga dia nekat berkata menunggu Aku tak bisa karena ini salah Meski kejenuhan hubungan yang aku rasakan bukan berarti aku bisa melakukan hal rendahan hanya untuk menujukkan padamu bahwa kita impas Aku tak bisa menjadi kamu yang  saat menggenggam seseorang meski genggamannya sudah hampir lepas tapi juga memberi harapan pada dia yang memiliki rasa Mungkin aku terlihat tak bersalah melakukan penolakan Biarkan saja, aku sudah terbiasa dengan pemikiran bahwa aku egois dan tega Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar Meski kata orang apa yang aku pilih adalah salah dan apa yang menungguku adalah benar Aku hanya akan menyelesaikan satu persoalan dan berusaha tak membuat kesalahan baru Nanti semuanya ...

Terbiasa disalahkan

  Jangan sengaja berlari agar ia mengejar Jangan sengaja pergi agar ia mencari Jangan sengaja menghindar agar ia mendekat Taukah kamu kata-kata seperti itu? Ah bahkan kalianpun sering mendengarnya Apa kalian juga akan menyalahkan aku yang berbuat seperti kalimat itu karena berjuang tak sebercanda itu? Maaf, Tapi aku sudah terbiasa disalahkan Saat aku mengejarmu, mencarimu, mendekatimu tapi kamu berlari, kamu pergi dan kamu menghindar. Tapi saat aku memberi jarak seperti ini, kamu berusaha kembali menghapus jarak yang kubuat Bukankah lebih baik aku begini? Karena dengan begini kamu kembali seperti dirimu Dan ini caraku meyakinkan diriku sendiri untuk tetap bertahan Aku tak peduli untuk disalahkan Tapi aku lupa, kamu bisa saja memperlebar jarak itu

Kecewanya orang humoris

Kamu pergi. Tidak, kamu tidak pergi. Aku yang mengusirmu pergi. Lalu orang-orang baru berdatangan dan aku mengesampingkanmu. Aku pernah menangis karena orang lain tapi kamu tetap ada disampingku. Jahat sekali aku ya? Kamu berada di sampingku selalu meski tak terikat lagi. Tapi aku malah memilih yang lain dan mengabaikanmu. Sungguh, aku merasakan kecewanya orang humoris sepertimu. Dingin dan tak tersentuh. Siapa sangka, aku menjadi kamu sekarang.

Satu-satunya senja-ku

Bukan hanya aku dan kamu yang menjadi dekat. Teman-teman yang berpasangan saat itu menjadi dekat pula. Bahkan ada yang sudah terikat status hubungan. Terdengar lucu memang. Hari spesialmu, kita rayakan bersama. Dimulai dari terbit fajar aku dan yang lainnya menyusun rencana . Ditengah teriknya matahari rencana untukmu terlaksana. Meski membuat kamu marah pada awalnya namun kamu tertawa lepas pada akhirnya. Diakhiri oleh senja dan kalimat indah sehingga aku dan kamu terikat status hubungan. Baru kali itu aku merasakan kebahagiaan yang bukan hanya dirayakan oleh orang-orang yang berkepentingan saja. Aku tak akan menulis detailnya, biarkan melekat di ingatanku saja. Agar hanya aku yang tersenyum saat mengingatnya. Siapa sangka, itu merupakan satunya-satunya senja penuh kenangan.

Kalian.

Untuk kamu. hanya tersisa satu perkataanmu yang belum kamu jilat lagi. ini terakhir kamu berjuang, apabila kamu pergi maka kamu tak akan kembali. tolong jangan menjilat perkataanmu yang terakhir itu. setidaknya itu masih membuktikan kamu masih laki-laki. Untuk dia. aku sudah mengalah tapi kenapa aku yang terlihat bersalah? sadarlah bahwa bukan hanya diri sendiri yang tersakiti. setidaknya, belajarlah untuk menilai sesuatu jangan dari satu sudut pandang saja. hati-hati topengmu terlepas

Teruntuk dia, makhluk perasa

Aku dan dia sama-sama makhluk perasa. Benar kan? Kita sudah pernah bicara meski melalui sosial media. Dia bertanya kedekatan aku dan kamu. aku menjawab Dia menyuruhku untuk mengambilmu. aku sepakat Dia berbicara agar aku bertahan dengan sikapmu yang seperti itu. Aku berterima kasih Dia mengumbar semua kesakitannya Melepaskan Pergi Merelakan Dia mengatakan itu berulang kali Tapi apa sekarang? Kamu dan dia sama saja Untuk dia. Berhentilah bertopeng atau Aku yang akan mengajarkan cara bertopeng yang benar

Mengertilah

Aku berbeda dengan tempat singgahmu sebelumnya. Mungkin saat kamu melewati tempat singgahmu yang sebelumnya, kamu tersenyum dan menyapa ringan pada mereka dan dibalasnya dengan hal serupa. Tapi tempatku berbeda, tempatku begitu rapuh dan sensitif. Jika kamu sudah pergi, aku harus membersihkan setiap sudut yang merekam tentang kamu. Bayangkan saja saat aku berusaha keras membersihkannya, kamu datang dan membawa kehangatan sehingga tempatku menampung kamu lagi lalu kamu pergi lagi lalu kamu menyapa lagi. Lantas kapan tempatku benar-benar bersih tentang kamu? Sementara dia, kalian bahkan otakku sendiri menuntutku untuk segera membersihkannya. Tolong bantu aku, hingga tempat ini bersih tentang kamu dan sanggup menampung tentang yang lain maka saat itulah aku siap membalas senyuman dan sapaan ringan yang tak berarti lagi.

Teruntuk kamu, kaum adam

Aku sebenarnya sudah lelah dengan ini Lelah dengan kamu. Kita juga sudah pernah berbicara sebelumnya. Aku mencoba mengerti bahwa laki-laki memang selalu mencari hingga ada yang menarik hati. Namun bisakah kamu kaum adam sedikit belajar sopan? Saat kamu sedang singgah dalam pencarian dan tempatmu bersinggah tidak membuatmu ingin menetap, Silahkan ucapkan salam perpisahan dengan benar. Meski menyakitkan setidaknya itu lebih menenangkan daripada yang kamu lakukan kemarin, Pergi tanpa sopan santun.