Untuk dia yang sudah berkali-kali ku tolak kehadirannya Aku kira, Bertukar pesan dengan santainya Bercerita tentang beban yang kutampung Itu semua tak akan menimbulkan perasaan apapun Tapi nyatanya, semua yang kulakukan menimbulkan harapan baginya Hingga dia nekat berkata menunggu Aku tak bisa karena ini salah Meski kejenuhan hubungan yang aku rasakan bukan berarti aku bisa melakukan hal rendahan hanya untuk menujukkan padamu bahwa kita impas Aku tak bisa menjadi kamu yang saat menggenggam seseorang meski genggamannya sudah hampir lepas tapi juga memberi harapan pada dia yang memiliki rasa Mungkin aku terlihat tak bersalah melakukan penolakan Biarkan saja, aku sudah terbiasa dengan pemikiran bahwa aku egois dan tega Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar Meski kata orang apa yang aku pilih adalah salah dan apa yang menungguku adalah benar Aku hanya akan menyelesaikan satu persoalan dan berusaha tak membuat kesalahan baru Nanti semuanya ...
Jangan sengaja berlari agar ia mengejar Jangan sengaja pergi agar ia mencari Jangan sengaja menghindar agar ia mendekat Taukah kamu kata-kata seperti itu? Ah bahkan kalianpun sering mendengarnya Apa kalian juga akan menyalahkan aku yang berbuat seperti kalimat itu karena berjuang tak sebercanda itu? Maaf, Tapi aku sudah terbiasa disalahkan Saat aku mengejarmu, mencarimu, mendekatimu tapi kamu berlari, kamu pergi dan kamu menghindar. Tapi saat aku memberi jarak seperti ini, kamu berusaha kembali menghapus jarak yang kubuat Bukankah lebih baik aku begini? Karena dengan begini kamu kembali seperti dirimu Dan ini caraku meyakinkan diriku sendiri untuk tetap bertahan Aku tak peduli untuk disalahkan Tapi aku lupa, kamu bisa saja memperlebar jarak itu